Alkisah, ada seorang anak desa yang kagum dengan sosok petani yang berkali-kali menjadi pemenang kontes jagung terbaik. Karena penasaran, anak desa itu bertanya:
"Kalau boleh tahu, apa sih rahasianya sehingga Bapak selalu menjadi pemenang?"
"Tidak ada yang rahasia tidak ada yang saya rahasiakan kok".
"Lalu kira-kira apa yang membuat jagung Bapak jadi jagung terbaik?"
"Saya tidak tahu persisnya, tapi sedari dulu saya punya kebiasaan membagikan benih jagung terbaik ke para tetangga dan orang yang minta benih jagung ke rumah".
"Wah menarik. Bapak justru membagikan benih jagung terbaik ke orang lain. Apa hubungannya jadi jagung terbaik ya?"
"Kamu ingat bagaimana penyerbukan terjadi pada jagung?"
"Melalui serbuk sari yang diterbangkan angin?"
"Iya kamu benar. Ketika saya membagikan benih jagung terbaik, para tetangga saya mempunyai tanaman jagung terbaik, yang serbuk sarinya juga terbaik. Coba bayangkan bila tanaman jagung tetangga saya jelek?"
Pekerjaan seorang guru itu banyak. Tugas memahami pelajar dengan berbagai keunikannya. Tugas menyiapkan proses belajar hingga melakukan evaluasi. Dan banyak lagi tuntutan yang membuat guru fokus pada tanggung jawabnya semata.
Kesulitan demi kesulitan dihadapi sendiri oleh seorang guru. Beberapa kesulitan teratasi, tapi kesulitan yang lain terpaksa dibiarkan karena sudah kehabisan waktu dan energi. Sebuah persoalan yang berhasil diatasi seorang guru, bisa jadi justru masih jadi hambatan bagi guru yang lain.
Sekarang bayangkan, bila kita belajar dari Kisah Petani tadi. Bayangkan apa yang terjadi ketika banyak guru yang berbagi praktik cerdasnya dalam mengatasi kesulitan? Bayangkan apa yang terjadi ketika guru saling belajar dari sesama guru?
Kita sebagai pendidik bisa lebih efektif menjalankan tanggung jawab. Lebih dari itu, kita sebagai orangtua pun bisa lebih optimis tentang kualitas pendidikan buat anak-anak kita.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.